Kamu harus coba mendengar

Shabrina Fadiah Ghazmi
2 min readAug 2, 2021

“Kamu tau gak apa yang semua orang punya, tapi gak bisa?”

“Apa?”

“Kemampuan mendengar.”

“Kemampuan mendengar?”

“Kemampuan mendengar. Mendengar, menyimak, mengambil intisari percakapan, sambil mencoba menuangkan rasa empatimu ke lawan bicaramu dalam percakapan tersebut.”

Jujur aja, pertama dengar teman saya ngomong itu, saya cuma diam. Saya diam untuk berpikir, “Apa iya gak semua orang bisa mendengar? Saya bagaimana? Apa saya mampu mendengar orang lain dengan baik?

“Semua orang bisa bicara, Shabi, tapi gak semua orang bisa mendengar.”

Iya, iya. Saya percaya semua orang bisa bicara tapi gak semua orang bisa mendengar. Tapi kenapa yang terlintas di otak saya pertama kali malah para pejabat dan politikus ya? Mereka bicara banyak, obral janji, dan ucapan manis. Saat menjabat jangankan mendengar, mencoba pun sepertinya tidak.

Cuma ya.. poin tulisan saya bukan soal pejabat sih, kali ini. Saya merasa lucu aja sama perasaan saya ketika dengar teman saya bicara begitu. Seperti ada bagian dari diri saya yang “terketuk” dan buat saya merasa sepertinya saya juga belum mampu mendengar orang lain sebaik-baiknya.

Perbincangan ini nyata, oleh saya dan seorang teman sewaktu kami ekspedisi bareng di tahun 2019 lalu. Kebetulannya, selama ekspedisi kami bertemu dengan seorang bapak yang akrab kami panggil “Abah”. Dari beliau kami — ya setidaknya saya — belajar untuk banyak mendengar sebab beliau punya segudang atau bahkan lebih dari segudang, mungkin sejagat raya, cerita tentang masa mudanya. Walaupun, yaa.. entah kebetulan, atau memang kami yang benar-benar mencoba untuk mendengarkan Abah waktu itu. Kami juga gak tau persis apakah Abah bercerita dengan tujuan untuk kami dengarkan baik-baik dan ambil banyak pelajaran dari ceritanya, atau karena Abah ingin bercerita saja. Tapi yang jelas, kami belajar banyak dari Abah dan setiap langkah hidupnya yang beliau ceritakan ke kami.

Dari situ saya coba belajar mendengar orang lain dengan lebih baik lagi. “Enak ternyata ya, kalau kita bisa mendengarkan orang dengan baik begini. Apalagi kalau bisa samanya didengar balik dengan lawan bicara kita, pasti enak juga”. Dan karena itu, saya menyimpulkan: Kalau saya mau didengar, saya harus coba mendengar juga. Dan coba untuk bisa mendengar lebih baik dari lawan bicara saya.

Waktu pagi.
Waktu pagi~

Ini tulisan sembarang aja, nggak ada tujuannya atau sedang merenungi sesuatu. Mengenang dua tahun berlalunya ekspedisi mengingatkan saya sama salah satu hal yang saya pelajari selama di sana.

--

--